Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56

Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 – Baru-baru ini, ceramah Ustaz Adi Hidayat menunjuk pemilik sebenarnya Rumah Proklamasi yang pernah digunakan Soekarno-Hatta untuk membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan 77 tahun silam.

Ustaz asal Pandeglang, Banten mengatakan, rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu sebenarnya milik seorang pengusaha muslim asal Yaman yang mencintai Indonesia bernama Faradj bin Martak.

Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56

, penulis Nabiel A. Karim Hayaze mengatakan bahwa Martak adalah seorang pengusaha Arab yang memiliki beberapa gedung di Indonesia, salah satunya gedung di Jalan Pegangsaan Timur No.56.

Perang Jombang (8): Semangat Melawan Penjajah

Namun, menurut Nabiel, ada bukti kredibel berupa surat resmi yang ditandatangani Menteri Negara NV Marba, yang menyatakan bahwa bangunan tersebut merupakan sumbangan negara.

Sejak saat itu bangunan tersebut digunakan hingga akhirnya digunakan oleh Soekarno dan tokoh lainnya untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

Dokumen lain berisi tulisan tangan Soekarno yang berterima kasih kepada Martak karena telah mengirimkan madu Arab untuk mengobati penyakitnya. Nabiel menilai ini adalah bukti yang kredibel, karena NV Marba tidak akan berani memalsukan dokumen resmi negara.

Bahkan pada tanggal 14 Agustus 1950 Pemerintah Republik Indonesia mengucapkan terima kasih dan pengakuan tertulis atas jasa saudagar yang ditunjuk oleh Nabiel.

Menyambut Hut Ri Ke 76

Namun, sejarawan BRIN, Asvi Warman Adam, berpendapat cerita ini tidak cukup bukti untuk menarik kesimpulan seperti itu. Ia bahkan menduga rumah di Pegangsaan Timur itu pemberian Martak.

Sementara itu, terkait ucapan terima kasih Kementerian Pekerjaan Umum kepada Martak yang telah menyerahkan rumah di Pegangsaan Timur 56 kepada pemerintah, tidak ada bukti kepemilikan rumah tersebut baginya.

Ia sendiri menduga rumah di Pegangsaan Timur 56 itu kosong setelah Bung Karno berangkat ke Yogyakarta pada 1946 hingga Desember 1949 dan ditempati Marta. Kemudian pada tahun 1950, ia menyerahkannya kepada pemerintah.

Asvi malah menjelaskan versi lain, bahwa Jepang sebenarnya sudah menyiapkan rumah untuk Bung Karno. Menurut versinya, Chairul Basri yang saat itu bekerja di kantor dakwah Jepang disuruh mencari rumah besar di halaman.

Tugu Petir: Kenangan Indonesia Merdeka Dalam Sunyi

“Belanda menukar rumahnya di Pegangsaan Timur 56 dengan rumah lain di Jalan Lembang. Jadi rumah itu memang disiapkan Jepang untuk Bung Karno,” ujarnya.

Soal madu, Asvi mengaku Bung Karno sempat demam sebelum membacakan teks proklamasi, namun ia tidak tahu apakah Martak memberikan madu itu kepada Soekarn saat itu.

Ia bahkan mencatat bahwa Soekarno sangat meributkan proklamasi saat itu. Kemudian dokter pribadinya, Dr. Suharto, memberinya obat.

Pendapat sejarawan itu senada dengan wartawan terkemuka Alwi Shahab yang menyebut bangunan itu bekas tempat tinggal warga Belanda, seperti rumah pertanian atau semacamnya.